Ticker

6/recent/ticker-posts

Tazkiyatun Nufus : Menguatkan Jiwa dengan Iman

Oleh : Subliyanto* 
Dalam segala hal berikhtiyar merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia. Tentu ikhtiyar yang dimaksud adalah iktiyar dalam bentuk kebaikan serta mengikuti sistem dan aturan yang sudah ditetapkan. Dan sebagai orang muslim yang beriman tentu pijakannya adalah sistem dan aturan yang telah ditetapkan berdasarkan syari’at islam. Maka hal itu perlu menjadi kacamata utama dalam segala aspek hidup dan kehidupan.

Namun demikian terdapat hal yang tidak bisa terlupakan dalam semua aktivitas yang manusia lakukan, yaitu bahwa segala yang kita lakukan tidak lepas dari ketetapan Allah, Tuhan semesta alam, atau yang disebut dengan taqdir. Maka sudah sepatutnya ikhtiyar yang kita lakukan disertai tawakkal dan do’a kepada Allah.“Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah”. Sehingga dengan demikian manusia akan menjadi pribadi yang Qanaah,  yaitu orang yang siap dengan lapang dada menerima segala ketetapan yang telah Allah berikan.

Bagi orang yang beriman, besar atau kecil, sedikit atau banyak, sesuai harapan atau tidak, pemberian yang telah Allah berikan ia nilai sebagai sebuah nikmat yang harus disyukuri, karena ia yakin akan janji Tuhannya yang termaktub dalam firmanNya : “La insyakartum laazidannakum, wa la inkafartum inna ‘adzabi lasyadid”

Maka orang yang demikian akan menjadi orang yang selalu optimis dalam hidupnya, lebih bersemangat dalam berikhtiyar, melewati sebuah tantangan dan rintangan yang harus ia hadapi, dan tentu dengan tidak lepas dari rule sistem yang sudah disyari’atkan guna mencapai ridha Rabnya, Allah Subhanahu wa ta’ala.

Manusia beriman tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia semata. Namun baginya kehidupan akhirat lebih utama, karena disanalah kehidupan yang abadi. Maka ia terus berhati-hati dalam segala gerak-geriknya, karena ia sadar akan siksa Tuhannya kelak, dan ia tidak ingin hal itu menimpa dirinya. 

Bagi manusia beriman hidup bagaikan sebuah sandiwara. Semuanya sudah terskenario dengan sistem yang rapi oleh yang maha bijaksana. Maka ia tidak pernah ragu sedikitpun menjalaninya sesuai arahan dan bimbinganNya. Karena ia sadar bahwa Allah adalah wali baginya.

Andai mata kita ini sudah tidak bisa lagi melihat dengan sempurna, serta anggota tubuh yang lainnya juga tidak bisa lagi berfungsi, maka sungguh sekian banyak penyesalan akan kita rasakan, karena kita tidak bisa lagi berkarya dengan sempurna guna mengukir sebuah prestasi untuk kehidupan yang hakiki. Maka nikmat manakah yang engkau lupakan ???Wallahu A’lam []

*Penulis adalah hamba Allah al faqir ila rahmatillah. www.subliyantoi.id

Posting Komentar

0 Komentar